Tidak puas dengan hasil
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, segerombolan massa pendukung salah satu
calon presiden (capres) yang kalah tidak terima dengan hasil tersebut. Mereka
melakukan perlawanan dengan menyerang dan menguasai Kantor Wali Kota Medan, Senin
tanggal 7 Juli 2014. Selain pegawai dan sejumlah
pejabat teras Pemko Medan yang menggelar rapat di lantai 4 disandera. Jika
tuntutan mereka tidak dipenuhi, satu persatu sandera akan dihabisi. Dengan
menggunakan senjata api laras panjang, gerombolan teroris berhasil menguasai
Kantor Wali Kota setelah menembak mati beberapa petugas Satpol PP yang tengah
berjaga di bagian depan.
Suara tembakan itu
menyebabkan kondisi sekitar Kantor Wali Kota dan Palladium Plaza sangat
mencekam. Baik pegawai maupun pengunjung
langsung berhamburan keluar gedung untuk menyelamatkan diri. Sedangkan pegawai yang tidak
berhasil melarikan diri, mereka dengan mimik wajah ketakutan hanya bisa pasrah
disandera para teroris yang berhasil masuk Kantor Wali kota dari berbagai
penjuru. Selanjutnya, para pegawai bersama sejumlah pejabat yang tengah rapat
di lantai 4 pun ditawan dan disandera guna memuluskan tuntutan para teroris.
Aksi gerombolan ini sempat
dilaporkan kepada pihak kepolisian. Dengan cepat pihak kepolisian menurunkan
dua anggotanya mengedarai sepeda motor untuk mengecek kebenaran laporan
tersebut. Begitu hendak memasuki halaman depan Kantor Wali Kota, mereka
langsung disambut tembakan dari para teroris. Demi keamanan, kedua aparat
kepolisian ini pun langsung meninggalkan lokasi. Tak lama berselang sejumlah
pasukan sniper diturunkan. Mereka ditempatkan di sejumlah titik, ada di Gedung
DPRD Medan, Paladium Plaza, dan Grand Aston City Hotel. Mereka pun siaga penuh
menunggu perintah untuk melakukan tembakan mematikan. Sementara itu, sejumlah teroris
terlihat siaga dengan senjata api laras panjang di depan halaman Kantor Wali
Kota dan bagian atas lantai 4.
Pimpinan teroris kemudian
minta ditemukan dengan Gubsu, Pangdam I/BB maupun Kapoldasu. Selain itu dia
juga minta hasil Pilpres 2014 dibatalkan dan disediakan 1 unit helikopter untuk
meninggalkan lokasi. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi dalam waktu 5 menit, satu
persatu sandera akan dihabisi. Permintaan itu disetujui.
Bersamaan itu pasukan gabungan anti teroris TNI dan Polri pun merapat mendekati
Kantor Wali Kota. Merasa permintaannya dianggap main-main, pimpinan teroris
kemudian mengeksekusi salah seorang sandera dengan tembakan dan membuang
mayatnya dari jendela lantai empat. Kondisi semakin mencekam.
Untuk menghindari terjadinya korban jiwa dari kalangan sipil, baik arus lalu
lintas yang melewati Kantor Wali Kota ditutup, sedangkan pengunjung Paladium
Plaza diminta untuk keluar dan meninggalkan lokasi. Tak lama berselang satu unit
helikopter tiba di lokasi berisikan sejumlah pasukan TNI. Bersamaan itu sniper pun melepaskan tembakan melumpuhkan
sejumlah teroris yang siaga di bagian atas lantai 4.
Setelah itu masuk mobil Anoa
milik TNI dan Baracuda milik Brimob Polda Sumut diiringi pasukan gabungan TNI
dan Polri. Setelah melumpuhkan beberapa teroris di depan, mereka pun
selanjutnya memasuki Kantor Wali Kota setelah meledakkan pintu kaca yang
dikunci dari dalam oleh para teroris. Seiring dengan itu pasukan
TNI turun dari helikopter dengan menggunakan tali dan mendarat di bagian atas
lantai 4. Dengan cepat aksi pembebasan
sandera pun dilakukan tim gabungan TNI dan Polri setelah berhasil melumpuhkan para teroris.
Usai membeaskan para sandera, tim gabungan TNI dan
Polri melakukan streilisasi (pembersihan). Dalam pembersihan ditemukan ada
benda mencurigakan yang diduga sebagai bom. Benda mencurigakan itu selanjutnya
diamankan dan ditempatkan dalam mobil khusus Tim Jihandak dan kemudian
diledakkan.
Tak lama berselang, tim
identifikasi jenazah pun datang. Selain mengindentifikasi bom jenis bom
rakitan, mereka juga melarikan jenazah para korban maupun yang mengalami
luka-luka ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Semua adegen ini terekam
dalam simulasi latihan gabungan TNI dan Polri dalam rangka pengamanan Pilpres
2014 yang digelar di Kantor Wali kota
Medan. Simulasi ini turut dihadiri Gubsu Gatot Pujonugroho, Pangdam I/BB Mayjen
TNI Istu Hari S, Kapoldasu Irjen Pol Syarief Gunawan, unsure Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah Sumut dan Kota Medan, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin serta
sejumlah pejabat utama dari Kodam I/BB maupun Kodam I/BB.
Sebelum simulasi latihan
gabungan anti teror ini digelar, diawali dengan apel kesiapan yang dipimpin
langsung Kapoldasu Irjen Pol Syarief Gunawan diikuti dengan pemeriksaan seluruh
pasukan. Dalam arahannya, Kapoldasu mengatakan latihan Anti terror gabungan TNI
dan Polri ini dilaksanakan dalam rangka pengamanan Pilpres 2014.
Kapoldasu berharap pelaksanaan
Pilpres 2014 dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada gangguan
sedikitpun. Seluruh instansi terkait saling bersinergi dalam memberikan rasa
aman dan nyaman. Apalagi dalam memberikan pengamanan kali ini punya tantangan
tersendiri, sebab berlangsung di bulan puasa. Kapoldasu menambahkan,
pihaknya menurunkan dua pertiga dari kekuatan seluruh Polres dan Polsek di
Sumut. “Jika dibutuhkan, kita akan menurunkan seluruh personel yang ada,”
tambahnya.
Sementara itu, menurut
Pangdam I/BB Mayjen TNI Istu Hari S, latihan ini digelar untuk menciptakan
soliditas TNI dan Polri. Sejauh ini berdasarkan pantauan TNI dan TNI, kondisi
keamanan di Sumut jelang pelaksanaan Pilpres 2014 masih aman dan terkendali.
Dalam melakukan pengamanan, Pangdam mengaku akan menurunkan 3.000 personel dan
cadangannya 2.300 personel, sedangkan sisanya siap di setiap unit.
Sedangkan Wali Kota Medan
Dzulmi Eldin berharap kesiapan aparat TNI dan Polri dalam memberikan pengamanan
pada pelaksanaan Pilpres 2014 bisa menjadikan masyarakat untuk bersama-sama
menjaga keamanan dan ketertiban, sehingga Kota Medan yang dicintai ini tetap
aman dan kondusif. Eldin mengingatkan, siapa pun yang keluar sebagai pemenang
dalam Pilpres 2014 harus diterima. Sebab, menentukan pilihan merupakan
kebebasan individu masing-masing.
Sumber: (Harian Andalas - Tekkom)